Rabu, 29 Agustus 2012
HUKUM MEMBUKA HIJAB DEPAN WANITA KAFIR
Assalammu'alaykum sahabat, kali ini saya mau share buat para ukhti yang mengenakan hijab. berikut tanya jawab yang baru saja saya baca tentang HUKUM MEMBUKA HIJAB DEPAN WANITA KAFIR, mudah-mudahan dapat menambah pengetahuan. silahkan dibaca!!! ☺
From: asmaa_askarotillah
Assalamualaykum warahmatullah
afwan, ana ingin bertanya bagaimana batasan aurat wanita muslimah terhadap wanita kafir, apakah diwajibkan berjilbab depan mereka atau tidak, ada 2 pendapat yang berbeda sehingga menyebabkan ana bingung.
demikian, jazakumullah khoiir
Barakallah
>>>>>>>>>>>>
http://almanhaj.or.id/content/1148/slash/0
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Kami mempunyai tetangga kafir (nasharani), bagaimana sikap kami apabila mereka memberikan hadiah, bolehkah kami terima ? Bolehkah kami menampakkan wajah di hadapan mereka atau lebih sekedar wajah? Bolehkah kami membeli sesuatu kepada orang-orang kafir?
Jawaban
Berbuat baiklah kepada orang yang telah berbuat baik kepada anda, meski mereka adalah orang-orang Nashrani, apabila mereka memberikan hadiah kepada anda maka balaslah kebaikan mereka itu. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menerima pemberian hadiah dari pemebesar Romawi yang Nashrani dan pernah pula menerima pemberian orang Yahudi. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
“Artinya : Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim” [Al-Mumtahanah : 8-9]
Anda diperbolehkan untuk menampakkan di hadapan mereka apa yang diperbolehkan untuk anda tampakkan di hadapan wanita-wanita muslimah, boleh mengenakan pakaian di hadapan mereka yang biasa anda kenakan di hadapan wanita muslimah serta diperbolehkan pula bagi anda untuk membeli kebutuhan anda yang mubah dari mereka.
[Majallatul Buhuts Al-Islamiyah 42/96.]
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Di rumah kami, ada beberapa pelayan wanita non muslimah, apakah saya wajib berhijab di hadapan mereka ?
Jawaban
Saudari tidak wajib berhijab di hadapan mereka, karena mereka sama saja dengan kaum wanita lainnya, menurut pendapat yang paling benar di antara dua pendapat para ulama.
Selengkapnya di http://almanhaj.or.id/content/1631/slash/0
Wallahu a’lam
Kamis, 09 Agustus 2012
SALAH KAPRAH DALAM MENGARTIKAN KATA IDUL FITHRI
Alhamdulillah, kemarin waktu buka facebook saya dapat postingan bermanfaat dari saudariku Ummu Kanza yang isinya tentang "Salah Kaprah Dalam Mengartikan Kata Idul Fithri" disini saya mau share juga buat teman-teman. silahkan dibaca!!!! ☺
Mengartikan "Idul Fithri" dengan "Kembali kepada fithrah (kembali suci)", adalah SALAH KAPRAH, baik secara lughah (bahasa/etimologi) maupun syara' (istilah/terminologi).
Kesalahan memaknai Idul Fithri dengan "Kembali kepada Fithrah (kembali suci)", dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Kesalahan Secara Lughah (Bahasa/Etimologi)
Kata "Fithri" dalam Idul Fithri, diambil dari lafazh "fithru/ifthaar", yang artinya menurut bahasa adalah berbuka (berbuka puasa jika terkait dengan puasa).
Jadi, Idul Fithri artinya "hari raya berbuka puasa". Yakni, hari di mana KITA KEMBALI BERBUKA (tidak puasa lagi) setelah selama sebulan berpuasa. Fithri di sini ditulis dengan huruf "fa-tha-ra" (قطر), yang berarti berbuka.
Adapun kata Fithrah yang juga memiliki arti suci, ditulis dengan huruf "fa-tha-ra dan ta marbuthah" (قطرة).
Dari sini SUDAH JELAS kesalahan mereka yang memaknai Idul Fithri dengan kembali suci, secara lughah (bahasa).
2. Kesalahan Secara Syara' (Istilah/Terminologi)
Makna Idul Fithri telah dijelaskan secara syara' oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits berikut:
الصَّوْمُ يَوْمَ تَصُومُونَ وَالْفِطْرُ يَوْمَ تُفْطِرُونَ وَاْلأَضْحَى يَوْمَ تُضَحُّونَ
"Puasa itu pada hari (ketika) kalian semua berpuasa, IDUL FITHRI (yaitu) PADA HARI KETIKA KALIAN SEMUA BERBUKA dan Idul Adha ketika kalian semua ber-Idul Adha (menyembelih hewan)."
[Hadits Riwayat at-Tirmidzi dalam Sunannya (no: 633), dishahihkan oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dalam Silsilah ash-Shahihah (no: 224)].
Hadits di atas dengan tegas menyatakan bahwa Idul Fithri ialah hari raya di mana kita kembali berbuka puasa (tidak berpuasa lagi setelah selama sebulan berpuasa).
Oleh karena itu, disunnahkan makan terlebih dahulu pada pagi harinya, sebelum kita pergi ke tanah lapang untuk mendirikan shalat 'Id. Supaya umat mengetahui bahwa Ramadhan telah selesai dan hari ini adalah hari kita berbuka bersama-sama. Itulah arti Idul Fithri. Demikian pemahaman dan keterangan ahli-ahli ilmu dan TIDAK ADA KHILAF di antara mereka.
Jadi, bukan artinya "kembali kepada fithrah (suci)", karena kalau demikian niscaya terjemahan hadits menjadi:
"Al-Fithru (suci), (yaitu) pada hari ketika kalian semua bersuci."
Tidak ada yang menterjemahkan dan memahami demikian KECUALI ORANG-ORANG YANG BENAR-BENAR JAHIL TENTANG DALIL-DALIL SUNNAH dan LUGHAH/BAHASA.
(Dikutip dengan diringkas dan beberapa penyesuaian, dari kitab Al-Masaa-il, Jilid 1, karya Al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat hafizhahullah, penerbit Darus Sunnah, Jakarta)
Semoga Allah Ta'ala mudahkan kaum muslimin di negeri ini kembali kepada pemahaman Islam yang benar, amin.
Semoga bermanfaat...
Saudariku, Apa yang Menghalangimu untuk BERHIJAB???
Saudariku…
Seorang mukmin dengan mukmin lain ibarat cermin. Bukan cermin yang memantulkan bayangan fisik, melainkan cermin yang menjadi refleksi akhlak dan tingkah laku. Kita dapat mengetahui dan melihat kekurangan kita dari saudara seagama kita. Cerminan baik dari saudara kita tentulah baik pula untuk kita ikuti. Sedangkan cerminan buruk dari saudara kita lebih pantas untuk kita tinggalkan dan jadikan pembelajaran untuk saling memperbaiki.
Seorang mukmin dengan mukmin lain ibarat cermin. Bukan cermin yang memantulkan bayangan fisik, melainkan cermin yang menjadi refleksi akhlak dan tingkah laku. Kita dapat mengetahui dan melihat kekurangan kita dari saudara seagama kita. Cerminan baik dari saudara kita tentulah baik pula untuk kita ikuti. Sedangkan cerminan buruk dari saudara kita lebih pantas untuk kita tinggalkan dan jadikan pembelajaran untuk saling memperbaiki.
Saudariku…
Tentu engkau sudah mengetahui bahwa Islam mengajarkan kita untuk saling mencintai. Dan salah satu bukti cinta Islam kepada kita –kaum wanita– adalah perintah untuk berjilbab. Namun, kulihat engkau masih belum mengambil “kado istimewa” itu. Kudengar masih banyak alasan yang menginap di rongga-rongga pikiran dan hatimu setiap kali kutanya, “Kenapa hijabmu masih belum kau pakai?” Padahal sudah banyak waktu kau luangkan untuk mengkaji ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang perintah jilbab. Sudah sekian judul buku engkau baca untuk memantapkan hatimu agar segera berjilbab. Juga ribuan surat cinta dari saudarimu yang menginginkan agar jilbabmu itu segera kau kenakan. Lalu kenapa, jilbabmu masih terlipat rapi di dalam lemari dan bukan terjulur untuk menutupi dirimu?
Tentu engkau sudah mengetahui bahwa Islam mengajarkan kita untuk saling mencintai. Dan salah satu bukti cinta Islam kepada kita –kaum wanita– adalah perintah untuk berjilbab. Namun, kulihat engkau masih belum mengambil “kado istimewa” itu. Kudengar masih banyak alasan yang menginap di rongga-rongga pikiran dan hatimu setiap kali kutanya, “Kenapa hijabmu masih belum kau pakai?” Padahal sudah banyak waktu kau luangkan untuk mengkaji ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang perintah jilbab. Sudah sekian judul buku engkau baca untuk memantapkan hatimu agar segera berjilbab. Juga ribuan surat cinta dari saudarimu yang menginginkan agar jilbabmu itu segera kau kenakan. Lalu kenapa, jilbabmu masih terlipat rapi di dalam lemari dan bukan terjulur untuk menutupi dirimu?
Mengapa Harus Berhijab?
Mungkin aku harus kembali
mengingatkanmu tentang alasan penting kenapa Allah Subhanahu wa Ta’ala
menurunkan perintah hijab kepada kita –kaum Hawa- dan bukan kepada kaum Adam.
Saudariku, hijab adalah pakaian yang berfungsi untuk menutupi perhiasan dan
keindahan dirimu, agar dia tidak dinikmati oleh sembarang orang. Ingatkah
engkau ketika engkau membeli pakaian di pertokoan, mula-mula engkau melihatnya,
memegangnya, mencobanya, lalu ketika kau jatuh cinta kepadanya, engkau akan
meminta kepada pemilik toko untuk memberikanmu pakaian serupa yang masih baru
dalam segel. Kenapa demikian? Karena engkau ingin mengenakan pakaian yang baru,
bersih dan belum tersentuh oleh tangan-tangan orang lain. Jika demikian sikapmu
pada pakaian yang hendak engkau beli, maka bagaimana sikapmu pada dirimu
sendiri? Tentu engkau akan lebih memantapkan ’segel’nya, agar dia tetap
ber’nilai jual’ tinggi, bukankah demikian? Saudariku, izinkan aku sedikit
mengingatkanmu pada firman Rabb kita ‘Azza wa Jalla berikut ini,
“Katakanlah kepada wanita-wanita
beriman: ‘Hendaklah mereka menahan pandangan mereka, dan memelihara kemaluan
mereka, dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa)
nampak daripadanya.’” (Qs. An-Nuur: 31)
Dan firman-Nya,
“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, ‘Hendaklah mereka menjulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenali, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Al-Ahzaab: 59)
“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, ‘Hendaklah mereka menjulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenali, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Al-Ahzaab: 59)
Saudariku tercinta, Allah tidak
semata-mata menurunkan perintah hijab kepada kita tanpa ada hikmah dibalik
semuanya. Allah telah mensyari’atkan hijab atas kaum wanita, karena Allah Yang
Maha Mengetahui menginginkan supaya kaum wanita mendapatkan kemuliaan dan
kesucian di segala aspek kehidupan, baik dia adalah seorang anak, seorang ibu,
seorang saudari, seorang bibi, atau pun sebagai seorang individu yang menjadi
bagian dari masyarakat. Allah menjadikan hijab sebagai perangkat untuk
melindungi kita dari berbagai “virus” ganas yang merajalela di luar sana.
Sebagaimana yang pernah disabdakan oleh Abul Qasim Muhammad bin ‘Abdullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, yang artinya,
“Wanita itu adalah aurat, jika ia
keluar rumah, maka syaithan akan menghiasinya.” (Hadits shahih. Riwayat Tirmidzi (no. 1173), Ibnu Khuzaimah
(III/95) dan ath-Thabrani dalam Mu’jamul Kabiir (no. 10115), dari Shahabat
‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhuma)
Saudariku,
berhijab bukan hanya sebuah identitas bagimu untuk menunjukkan bahwa engkau adalah seorang muslimah. Tetapi hijab adalah suatu bentuk ketaatanmu kepada Allah Ta’ala, selain shalat, puasa, dan ibadah lain yang telah engkau kerjakan. Jilbab juga merupakan konsekuensi nyata dari seorang wanita yang menyatakan bahwa dia telah beriman kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Selain itu, hijab juga merupakan lambang kehormatan, kesucian, rasa malu, dan kecemburuan. Dan semua itu Allah jadikan baik untukmu. Tidakkah hatimu terketuk dengan kasih sayang Rabb kita yang tiada duanya ini?
berhijab bukan hanya sebuah identitas bagimu untuk menunjukkan bahwa engkau adalah seorang muslimah. Tetapi hijab adalah suatu bentuk ketaatanmu kepada Allah Ta’ala, selain shalat, puasa, dan ibadah lain yang telah engkau kerjakan. Jilbab juga merupakan konsekuensi nyata dari seorang wanita yang menyatakan bahwa dia telah beriman kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Selain itu, hijab juga merupakan lambang kehormatan, kesucian, rasa malu, dan kecemburuan. Dan semua itu Allah jadikan baik untukmu. Tidakkah hatimu terketuk dengan kasih sayang Rabb kita yang tiada duanya ini?
“Aku Belum Berhijab, Karena…”
1. “Hatiku masih belum mantap
untuk berhijab. Jika hatiku sudah mantap, aku akan segera berhijab. Lagipula
aku masih melaksanakan shalat, puasa dan semua perintah wajib kok..”
Wahai saudariku… Sadarkah engkau,
siapa yang memerintahmu untuk mengenakan hijab? Dia-lah Allah, Rabb-mu, Rabb
seluruh manusia, Rabb alam semesta. Engkau telah melakukan berbagai perintah
Allah yang berpangkal dari iman dan ketaatan, tetapi mengapa engkau beriman
kepada sebagian ketetapan-Nya dan ingkar terhadap sebagian yang lain, padahal
engkau mengetahui bahwa sumber dari semua perintah itu adalah satu, yakni Allah
Subhanahu wa Ta’ala?
Seperti shalat dan amalan lain yang
senantiasa engkau kerjakan, maka berhijab pun adalah satu amalan yang
seharusnya juga engkau perhatikan. Allah Ta’ala telah menurunkan perintah hijab
kepada setiap wanita mukminah. Maka itu berarti bahwa hanya wanita-wanita yang
memiliki iman yang ridha mengerjakan perintah ini. Adakah engkau tidak termasuk
ke dalam golongan wanita mukminah?
Ingatlah saudariku, bahwa
sesungguhnya keadaanmu yang tidak berhijab namun masih mengerjakan amalan-amalan
lain, adalah seperti orang yang membawa satu kendi penuh dengan kebaikan akan
tetapi kendi itu berlubang, karena engkau tidak berhijab. Janganlah engkau
sia-siakan amal shalihmu disebabkan orang-orang yang dengan bebas di setiap
tempat memandangi dirimu yang tidak mengenakan hijab. Silakan engkau
bandingkan jumlah lelaki yang bukan mahram yang melihatmu tanpa hijab setiap
hari dengan jumlah pahala yang engkau peroleh, adakah sama banyaknya?
2. “Iman kan letaknya di hati.
Dan yang tahu hati seseorang hanya aku dan Allah.”
Duhai saudariku…Tahukah engkau bahwa
sahnya iman seseorang itu terwujud dengan tiga hal, yakni meyakini
sepenuhnya dengan hati, menyebutnya dengan lisan, dan melakukannya dengan
perbuatan?
Seseorang yang beramal hanya sebatas
perbuatan dan lisan, tanpa disertai dengan keyakinan penuh dalam hatinya, maka
dia termasuk ke dalam golongan orang munafik. Sementara seseorang yang beriman
hanya dengan hatinya, tanpa direalisasikan dengan amal perbuatan yang nyata,
maka dia termasuk kepada golongan orang fasik. Keduanya bukanlah bagian dari
golongan orang mukmin. Karena seorang mukmin tidak hanya meyakini dengan hati,
tetapi dia juga merealisasikan apa yang diyakininya melalui lisan dan amal
perbuatan. Dan jika engkau telah mengimani perintah hijab dengan hatimu dan
engkau juga telah mengakuinya dengan lisanmu, maka sempurnakanlah keyakinanmu
itu dengan bersegera mengamalkan perintah hijab.
3. “Aku kan masih muda…”
Saudariku tercinta… Engkau berkata
bahwa usiamu masih belia sehingga menahanmu dari mengenakan hijab, dapatkah
engkau menjamin bahwa esok masih untuk dirimu? Apakah engkau telah mengetahui
jatah hidupmu di dunia, sehingga engkau berkata bahwa engkau masih muda dan
masih memiliki waktu yang panjang? Belumkah engkau baca firman Allah ‘Azza wa
Jalla yang artinya,
“Kamu tidak tinggal (di bumi)
melainkan sebentar saja, jika kamu sesungguhnya mengetahui.” (Qs. Al-Mu’minuun: 114)
“Pada hari mereka melihat adzab yang
diancam kepada mereka, (mereka merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan
sesaat pada siang hari. (Inilah) waktu pelajaran yang cukup.” (Qs. Al-Ahqaaf: 35)
Tidakkah engkau perhatikan
tetanggamu atau teman karibmu yang seusia denganmu atau di bawah usiamu telah
menemui Malaikat Maut karena perintah Allah ‘Azza wa Jalla? Tidakkah juga
engkau perhatikan si fulanah yang kemarin masih baik-baik saja, tiba-tiba
menemui ajalnya dan menjadi mayat hari ini? Tidakkah semua itu menjadi
peringatan bagimu, bahwa kematian tidak hanya mengetuk pintu orang yang sekarat
atau pun orang yang lanjut usia? Dan Malaikat Maut tidak akan memberimu
penangguhan waktu barang sedetik pun, ketika ajalmu sudah sampai. Setiap hari
berlalu sementara akhiratmu bertambah dekat dan dunia bertambah jauh. Bekal apa
yang telah engkau siapkan untuk hidup sesudah mati? Ketahuilah saudariku,
kematian itu datangnya lebih cepat dari detak jantungmu yang berikutnya. Jadi
cepatlah, jangan sampai terlambat…!!!
4. “Jilbab bikin rambutku jadi
rontok…”
Sepertinya engkau belum mengetahui
fakta terbaru mengenai ‘canggih’nya hijab. Dr. Muhammad Nidaa berkata dalam
Al-Hijaab wa Ta’tsiruuha ‘Ala Shihhah wa Salamatus Sya’ri tentang pengaruh hijab terhadap kesehatan dan keselamatan rambut,
“hijab dapat melindungi rambut.
Penelitian dan percobaan telah membuktikan bahwa perubahan cuaca dan cahaya
matahari langsung akan menyebabkan hilangnya kecantikan rambut dan pudarnya
warna rambut. Sehingga rambut menjadi kasar dan berwarna kusam. Sebagaimana
juga udara luar (oksigen) dan hawa tidaklah berperan dalam pertumbuhan rambut.
Karena bagian rambut yang terlihat di atas kepala yang dikenal dengan sebutan
batang rambut tidak lain adalah sel-sel kornea (yang tidak memiliki
kehidupan). Ia akan terus memanjang berbagi sama rata dengan rambut yang ada di
dalam kulit. Bagian yang aktif inilah yang menyebabkan rambut bertambah panjang
dengan ukuran sekian millimeter setiap hari. Ia mendapatkan suplai makanan dari
sel-sel darah dalam kulit.
Dari sana dapat kita katakan bahwa
kesehatan rambut bergantung pada kesehatan tubuh secara umum. Bahwa apa saja
yang mempengaruhi kesehatan tubuh, berupa sakit atau kekurangan gizi akan
menyebabkan lemahnya rambut. Dan dalam kondisi mengenakan hijab, rambut harus
dicuci dengan sabun atau shampo dua atau tiga kali dalam sepekan, menurut kadar
lemak pada kulit kepala. Maksudnya apabila kulit kepala berminyak, maka
hendaklah mencuci rambut tiga kali dalam sepekan. Jika tidak maka cukup
mencucinya dua kali dalam sepekan. Jangan sampai kurang dari kadar ini dalam
kondisi apapun. Karena sesudah tiga hari, minyak pada kulit kepala akan berubah
menjadi asam dan hal itu akan menyebabkan patahnya batang rambut, dan rambut
pun akan rontok.” (Terj. Banaatunaa wal Hijab hal. 66-67)
5. “Kalau aku pakai jilbab, nanti
tidak ada laki-laki yang mau menikah denganku. Jadi, aku pakai jilbabnya nanti
saja, sesudah menikah.”
Wahai saudariku… Tahukah engkau
siapakah lelaki yang datang meminangmu itu, sementara engkau masih belum
berhijab? Dia adalah lelaki dayyuts, yang tidak memiliki
perasaan cemburu melihatmu mengobral aurat sembarangan. Bagaimana engkau bisa
berpendapat bahwa setelah menikah nanti, suamimu itu akan ridha membiarkanmu
mengulur hijab dan menutup aurat, sementara sebelum pernikahan itu terjadi dia
masih santai saja mendapati dirimu tampil dengan pakaian ala kadarnya? Jika
benar dia mencintai dirimu, maka seharusnya dia memiliki perasaan cemburu
ketika melihat auratmu terbuka barang sejengkal saja. Dia akan menjaga dirimu
dari pandangan liar lelaki hidung belang yang berkeliaran di luar sana. Dia
akan lebih memilih dirimu yang berjilbab daripada dirimu yang tanpa hijab.
Inilah yang dinamakan pembuktian cinta yang hakiki!
Maka, jika datang seorang lelaki
yang meminangmu dan ridha atas keadaanmu yang masih belum berhijab,
waspadalah!!! Jangan-jangan dia adalah lelaki dayyuts yang menjadi calon
penghuni Neraka. Sekarang pikirkanlah olehmu saudariku, kemanakah bahtera rumah
tanggamu akan bermuara apabila nahkodanya adalah calon penghuni Neraka?
6. “Pakai jilbab itu ribet dan
mengganggu pekerjaan. Bisa-bisa nanti aku dipecat dari pekerjaan.”
Saudariku… Islam tidak pernah
membatasi ruang gerak seseorang selama hal tersebut tidak mengandung
kemaksiatan kepada Allah. Akan tetapi, Islam membatasi segala hal yang dapat
membahayakan seorang wanita dalam melakukan aktivitasnya baik dari sisi dunia
maupun dari sisi akhiratnya. hijab yang menjadi salah satu syari’at Islam
adalah sebuah penghargaan sekaligus perlindungan bagi kaum wanita, terutama
jika dia hendak melakukan aktivitas di luar rumahnya. Maka dengan perginya
engkau untuk bekerja di luar rumah tanpa hijab justru akan mendatangkan petaka
yang seharusnya dapat engkau hindari. Alih-alih mempertahankan pekerjaan,
engkau malah menggadaikan kehormatan dan harga dirimu demi setumpuk materi.
Tahukah engkau saudariku, siapa yang
memberimu rizki? Bukankah Allah -Rabb yang berada di atas ‘Arsy-Nya- yang
memerintahkan para malaikat untuk membagikan rizki kepada setiap hamba tanpa
ada yang dikurangi barang sedikitpun? Mengapa engkau lebih mengkhawatirkan
atasanmu yang juga rizkinya bergantung kepada kemurahan Allah?
Apakah jika engkau lebih memilih
untuk tetap tidak berhijab, maka atasanmu itu akan menjamin dirimu menjadi
calon penghuni Surga? Ataukah Allah ‘Azza wa Jalla yang telah menurunkan
perintah ini kepada Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam yang akan
mengadzabmu akibat kedurhakaanmu itu? Pikirkanlah saudariku… Pikirkanlah hal
ini baik-baik!
7. “Jilbab itu bikin gerah, dan
aku tidak kuat kepanasan.”
Saudariku… Panas mentari yang engkau
rasakan di dalam dunia ini tidak sebanding dengan panasnya Neraka yang akan kau
terima kelak, jika engkau masih belum mau untuk berhijab. Sungguh, dia tidak
sebanding. Apakah engkau belum mendengar firman Allah yang berbunyi,
“Katakanlah: ‘(Api) Neraka Jahannam
itu lebih sangat panas. Jika mereka mengetahui.’” (Qs. At-Taubah: 81)
Dan sabda Nabi kita shallallahu
‘alaihi wa sallam yang artinya,
“Sesungguhnya api Neraka Jahannam
itu dilebihkan panasnya (dari panas api di bumi sebesar) enam puluh sembilan
kali lipat (bagian).” [Hadits
shahih. Riwayat Muslim (no. 2843) dan Ahmad (no. 8132). Lihat juga Shahih
Al-Jaami' (no. 6742), dari Shahabat Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu]
Manakah yang lebih sanggup engkau
bersabar darinya, panasnya matahari di bumi ataukah panasnya Neraka di akhirat
nanti? Tentu engkau bisa menimbangnya sendiri…
8. “Jilbab itu pilihan. Siapa
yang mau pakai jilbab silakan, yang belum mau juga gak apa-apa. Yang penting
akhlaknya saja benar.”
Duhai saudariku… Sepertinya engkau
belum tahu apa yang dimaksud dengan akhlak mulia itu. Engkau menafikan hijab
dari cakupan akhlak mulia, padahal sudah jelas bahwa hijab adalah salah satu
bentuk perwujudan akhlak mulia. Jika tidak, maka Allah tidak akan memerintahkan
kita untuk berhijab, karena dia tidak termasuk ke dalam akhlak mulia.
Pikirkanlah olehmu baik-baik, adakah
Allah memerintahkan hamba-Nya untuk berakhlak buruk? Atau adakah Allah
mengadakan suatu ketentuan yang tidak termasuk dalam kebaikan dan mengandung
manfaat yang sangat besar? Jika engkau menjawab tidak ada, maka dengan demikian
engkau telah membantah pendapatmu sendiri dan engkau telah setuju bahwa hijab
termasuk ke dalam sekian banyak akhlak mulia yang harus kita koleksi satu
persatu. Bukankah demikian?
Ketahuilah olehmu, keputusanmu untuk
tidak mengenakan jilbab akan membuat Rabb-mu menjadi cemburu, sebagaimana
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda yang artinya,
“Sesungguhnya Allah itu cemburu dan
seorang Mukmin juga cemburu. Adapun cemburunya Allah disebabkan oleh seorang
hamba yang mengerjakan perkara yang diharamkan oleh-Nya.” [Hadits shahih. Riwayat Bukhari (no. 4925) dan Muslim (no.
2761)]
9. “Sepertinya Allah belum
memberiku hidayah untuk segera berjilbab.”
Saudariku… Hidayah Allah tidak akan
datang begitu saja, tanpa engkau melakukan apa-apa. Engkau harus menjalankan
sunnatullah, yakni dengan mencari sebab-sebab datangnya hidayah tersebut.
Ketahuilah bahwa hidayah itu terbagi
menjadi dua, yaitu hidayatul bayan dan hidayatut taufiq. Hidayatul
bayan adalah bimbingan atau petunjuk kepada kebenaran, dan di dalamnya
terdapat campur tangan manusia. Adapun hidayatut taufiq adalah
sepenuhnya hak Allah. Dia merupakan peneguhan, penjagaan, dan pertolongan yang
diberikan Allah kepada hati seseorang agar tetap dalam kebenaran. Dan hidayah
ini akan datang setelah hidayatul bayan dilakukan.
Janganlah engkau jual kebahagiaanmu
yang abadi dalam Surga kelak dengan dunia yang fana ini. Buanglah jauh-jauh
perasaan was-wasmu itu. Tempuhlah usaha itu dengan berhijab, sementara hatimu
terus berdo’a kepada-Nya, “Allahummahdini wa saddidni. Allahumma tsabit
qolbi ‘ala dinik (Yaa Allah, berilah aku petunjuk dan luruskanlah diriku.
Yaa Allah, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu).”
Penulis: Ummu Sufyan Rahmawaty Woly
bintu Muhammad
Murojaah: Ust. Aris Munandar hafidzahullah
Murojaah: Ust. Aris Munandar hafidzahullah
***
Artikel muslimah.or.id
Rabu, 08 Agustus 2012
Andai Al-Qur'an Bicara ! ! !
"Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, mereka itu penghuni-penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya."
(QS Al A'raaf [7] : 36).
Ilustrasi :
Waktu engkau masih kanak-kanak, kau
laksana kawan sejatiku
Dengan wudu' aku kau sentuh dalam keadaan suci
Aku kau pegang, kau junjung dan kau pelajari
Aku engkau baca dengan suara lirih ataupun keras setiap hari
Setelah usai engkaupun selalu menciumku mesra
Sekarang engkau telah dewasa...
Nampaknya kau sudah tak berminat lagi padaku...
Apakah aku bacaan usang yang tinggal sejarah...
Menurutmu barangkali aku bacaan yang tidak menambah pengetahuanmu
Atau menurutmu aku hanya untuk anak kecil yang belajar mengaji saja?
Sekarang aku engkau simpan rapi
sekali hingga kadang engkau lupa dimana menyimpannya
Aku sudah engkau anggap hanya sebagai perhiasan rumahmu
Kadang kala aku dijadikan mas kawin agar engkau dianggap bertaqwa
Atau aku kau buat penangkal untuk menakuti hantu dan syetan
Kini aku lebih banyak tersingkir, dibiarkan dalam kesendirian dalam kesepian
Di atas lemari, di dalam laci, aku engkau pendamkan.
Dulu...pagi-pagi...surah-surah yang
ada padaku engkau baca beberapa halaman
Sore harinya aku kau baca beramai-ramai bersama temanmu di surau.....
Sekarang... pagi-pagi sambil minum kopi...engkau baca Koran pagi atau nonton berita TV
Waktu senggang..engkau sempatkan membaca buku karangan manusia
Sedangkan aku yang berisi ayat-ayat yang datang dari Allah Yang Maha Perkasa.
Engkau campakkan, engkau abaikan dan engkau lupakan...
Waktu berangkat kerjapun kadang
engkau lupa baca pembuka surah2ku (Basmalah)
Diperjalanan engkau lebih asyik menikmati musik duniawi
Tidak ada kaset yang berisi ayat Alloh yang terdapat padaku di laci mobilmu
Sepanjang perjalanan radiomu selalu tertuju ke stasiun radio favoritmu
Aku tahu kalau itu bukan Stasiun Radio yang senantiasa melantunkan ayatku
Di meja kerjamu tidak ada aku untuk
kau baca sebelum kau mulai kerja
Di Komputermu pun kau putar musik favoritmu
Jarang sekali engkau putar ayat-ayatku melantun
E-mail temanmu yang ada ayat-ayatkupun kadang kau abaikan
Engkau terlalu sibuk dengan urusan duniamu
Benarlah dugaanku bahwa engkau kini sudah benar-benar melupakanku
Bila malam tiba engkau tahan
nongkrong berjam-jam di depan TV Menonton pertandingan Liga Italia , musik atau
Film dan Sinetron laga
Di depan komputer berjam-jam engkau betah duduk
Hanya sekedar membaca berita murahan dan gambar sampah
Waktupun cepat berlalu...aku menjadi
semakin kusam dalam lemari
Mengumpul debu dilapisi abu dan mungkin dimakan kutu
Seingatku hanya awal Ramadhan engkau membacaku kembali
Itupun hanya beberapa lembar dariku
Dengan suara dan lafadz yang tidak semerdu dulu
Engkaupun kini terbata-bata dan kurang lancar lagi setiap membacaku.
Apakah Koran, TV, radio , komputer,
dapat memberimu pertolongan?
Bila engkau di kubur sendirian menunggu sampai kiamat tiba
Engkau akan diperiksa oleh para malaikat suruhanNya
Hanya dengan ayat-ayat Allah yang ada padaku engkau dapat selama melaluinya.
Sekarang engkau begitu enteng
membuang waktumu...
Setiap saat berlalu...kuranglah jatah umurmu...
Dan akhirnya kubur sentiasa menunggu kedatanganmu..
Engkau bisa kembali kepada Tuhanmu sewaktu-waktu
Apabila malaikat maut mengetuk pintu rumahmu.
Bila aku engkau baca selalu dan
engkau hayati...
Di kuburmu nanti....
Aku akan datang sebagai pemuda gagah nan tampan
Yang akan membantu engkau membela diri
Bukan koran yang engkau baca yang akan membantumu
Dari perjalanan di alam akhirat
Tapi Akulah "Qur'an" kitab sucimu
Yang senantiasa setia menemani dan melindungimu
Peganglah aku lagi . .. bacalah
kembali aku setiap hari
Karena ayat-ayat yang ada padaku adalah ayat suci
Yang berasal dari Alloh, Tuhan Yang Maha Mengetahui
Yang disampaikan oleh Jibril kepada Muhammad Rasulullah.
Keluarkanlah segera aku dari lemari
atau lacimu...
Jangan lupa bawa kaset yang ada ayatku dalam laci mobilmu
Letakkan aku selalu di depan meja kerjamu
Agar engkau senantiasa mengingat Tuhanmu
Sentuhilah aku kembali...
Baca dan pelajari lagi aku....
Setiap datangnya pagi dan sore hari
Seperti dulu....dulu sekali...
Waktu engkau masih kecil , lugu dan polos...
Di surau kecil kampungmu yang damai
Jangan biarkan aku sendiri....
Dalam bisu dan sepi....
Mudah mudahan dengan ilustrasi diatas dapat meningkatkan kesadaran & minat bagi saya pribadi juga teman teman agar selalu membaca, mengkaji serta mengamalkan perintah perintah yang terdapat di dalam kitab suci Al-Qur'an... Insya Allah... Aamiin.. :)
Kamis, 02 Agustus 2012
Mengendalikan
Emosi Seseorang dengan memegang jari
Gerakan memegang jari adalah cara yang sangat mudah untuk mengendalikan emosi.
Emosi dan perasaan adalah seperti ombak energi yang bergerak melalui badan,
pikiran dan jiwa kita. Di setiap jari kita ada saluran atau meridian aliran
energi yang berhubungan dengan organ tubuh dan emosi yang bersangkutan.
Perasaan yang sangat kuat atau luar biasa bisa menyumbat atau menghambat
aliran energi, yang mengakibatkan rasa sakit atau perasaan sesak di tubuh kita.
Memegang jari sambil menarik napas dalam-dalam dapat mengurangi dan
menyembuhkan ketegangan fisik dan emosi.
Gerakan memegang jari ini sangat
membantu dalam kehidupan sehari-hari. Waktu kita berada dalam keadaan yang
sulit, merasa marah, tegang, takut atau menangis, jari bisa dipegang untuk
membawa rasa damai, fokus dan tenang sehingga kita bisa menhadapi keadaan
dan membuat keputusan dengan tenang. Gerakan ini bisa juga dilakukan untuk
relaksasi dengan musik, atau dikerjakan sebelum tidur untuk melepaskan
persoalan yang dihadapi pada hari itu dan membawa kedamaian, dan ketenangan
yang dalam pada tubuh dan jiwa. Latihan ini dapat dikerjakan sendiri atau
dengan satu orang lain.
Praktek Memegang Jari
Peganglah tiap jari, satu-persatu,
dengan tangan yang lain selama 2 -5 menit. Anda bisa menggunakan tangan yang
mana saja. Tarik napas yang dalam, rasakan perasaan kuat atau
perasaan yang mengganggu di dalam diri anda. Hembuskan napas secara
perlahan dan lepaskan. Bayangkan persaan-perasaan itu mengalir keluar
dari ujung jari anda dan masuk ke dalam bumi.
Hirup rasa harmonis, kekuatan dan
kesembuhan.
Hembuskan napas secara perlahan,
lepaskan perasaan dan problem yang sudah berlalu.
Sering kali waktu jari dipegang,
anda bisa merasakan rasa berdenyut ketika energi dan perasaan mengalir dan
menjadi seimbang. Anda bisa memegang jari orang lain yang sedang marah atau
kesal. Gerakan memegang jari ini sangat membantu untuk anak kecil yang menangis
atau mengadat, atau bisa juga digunakan untuk orang yang merasa takut, senewen,
sakit atau orang yang hampir meninggal.
www.capacitar.org © 2005
Rabu, 01 Agustus 2012
DAHSYATNYA PROSES SAKARATUL MAUT !!!
Demi Allah, seandainya jenazah yang sedang kalian tangisi bisa berbicara
sekejap, lalu menceritakan (pengalaman sakaratul mautnya) pada kalian, niscaya
kalian akan melupakan jenazah tersebut, dan mulai menangisi diri kalian
sendiri. (Imam Ghozali mengutip atsar Al-Hasan).
Datangnya Kematian Menurut Al Qur'an
Datangnya Kematian Menurut Al Qur'an
- Kematian bersifat memaksa dan siap menghampiri manusia walaupun kita berusaha menghindarkan resiko-resiko kematian.Katakanlah: "Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu ke luar (juga) ke tempat mereka terbunuh". Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati. (QS Ali Imran, 3:154)
- Kematian akan mengejar siapapun meskipun ia berlindung di balik benteng yang kokoh atau berlindung di balik teknologi kedokteran yang canggih serta ratusan dokter terbaik yang ada di muka bumi ini.Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: "Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun? (QS An-Nisa 4:78)
- Kematian akan mengejar
siapapun walaupun ia lari menghindar.
Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". (QS al-Jumu'ah, 62:8) - Kematian datang secara
tiba-tiba.
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS, Luqman 31:34) - Kematian telah ditentukan waktunya, tidak dapat ditunda atau dipercepatDan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS, Al-Munafiqun, 63:11)
Dahsyatnya Rasa Sakit Saat Sakaratul Maut
Sabda Rasulullah SAW :
"Sakaratul maut itu sakitnya sama dengan tusukan tiga ratus pedang"
(HR Tirmidzi)
Sabda Rasulullah SAW : "Kematian yang paling ringan ibarat
sebatang pohon penuh duri yang menancap di selembar kain sutera. Apakah batang pohon duri itu dapat diambil
tanpa membawa serta bagian kain sutera yang tersobek ?"
(HR Bukhari)
Ka'b al-Ahbar berpendapat :
"Sakaratul maut ibarat sebatang pohon berduri yang dimasukkan kedalam
perut seseorang. Lalu, seorang lelaki menariknya dengan sekuat-kuatnya sehingga
ranting itupun membawa semua bagian tubuh yang menyangkut padanya dan
meninggalkan yang tersisa".
Imam Ghozali berpendapat :
"Rasa sakit yang dirasakan selama sakaratul maut menghujam jiwa dan
menyebar ke seluruh anggota tubuh sehingga bagian orang yang sedang sekarat
merasakan dirinya ditarik-tarik dan dicerabut dari setiap urat nadi, urat
syaraf, persendian, dari setiap akar rambut dan kulit kepala hingga kaki".
Imam Ghozali juga mengutip suatu
riwayat ketika sekelompok Bani Israil yang sedang melewati sebuah pekuburan
berdoa pada Allah SWT agar Ia menghidupkan satu mayat dari pekuburan itu
sehingga mereka bisa mengetahui gambaran sakaratul maut. Dengan izin Allah melalui suatu cara
tiba-tiba mereka dihadapkan pada seorang pria yang muncul dari salah satu
kuburan. "Wahai manusia !",
kata pria tersebut. "Apa yang
kalian kehendaki dariku?
Limapuluh tahun yang lalu aku
mengalami kematian, namun hingga kini rasa perih bekas sakaratul maut itu belum
juga hilang dariku."
Proses sakaratul maut bisa
memakan waktu yang berbeda untuk setiap orang, dan tidak dapat dihitung dalam
ukuran detik seperti hitungan waktu dunia ketika kita menyaksikan detik-detik
terakhir kematian seseorang. Mustafa
Kemal Attaturk, bapak modernisasi (sekularisasi) Turki, yang mengganti Turki
dari negara bersyariat Islam menjadi negara sekular, dikabarkan mengalami
proses sakaratul maut selama 6 bulan (walau tampak dunianya hanya beberapa
detik), seperti dilaporkan oleh salah satu keturunannya melalui sebuah mimpi.
Rasa sakit sakaratul maut dialami
setiap manusia, dengan berbagai macam tingkat rasa sakit, ini tidak terkait
dengan tingkat keimanan atau kezhaliman seseorang selama ia hidup. Sebuah riwayat bahkan mengatakan bahwa rasa
sakit sakaratul maut merupakan suatu proses pengurangan kadar siksaan akhirat
kita kelak. Demikianlah rencana Allah. Wallahu a'lam bis shawab.
Imam Ghozali mengutip sebuah
riwayat yang menceritakan tentang keinginan Ibrahim as untuk melihat wajah
Malaikatul Maut ketika mencabut nyawa orang zhalim. Allah SWT pun
memperlihatkan gambaran perupaan Malaikatul Maut sebagai seorang pria besar
berkulit legam, rambut berdiri, berbau busuk, memiliki dua mata, satu didepan
satu dibelakang, mengenakan pakaian serba hitam, sangat menakutkan, dari
mulutnya keluar jilatan api, ketika melihatnya Ibrahim as pun pingsan tak
sadarkan diri. Setelah sadar Ibrahim as
pun berkata bahwa dengan memandang wajah Malaikatul Maut rasanya sudah cukup bagi
seorang pelaku kejahatan untuk menerima ganjaran hukuman kejahatannya, padahal
hukuman akhirat Allah jauh lebih dahsyat dari itu.
Kisah ini menggambarkan bahwa
melihat wajah Malakatul Maut saja sudah menakutkan apalagi ketika sang Malaikat
mulai menyentuh tubuh kita, menarik paksa roh dari tubuh kita, kemudian mulai
menghentak-hentak tubuh kita agar roh (yang masih cinta dunia dan enggan
meninggalkan dunia) lepas dari tubuh kita ibarat melepas akar serabut-serabut baja yang
tertanam sangat dalam di tanah yang terbuat dari timah keras.
Itulah wajah Malaikatul Maut yang
akan mendatangi kita kelak dan memisahkan
roh dari tubuh kita. Itulah wajah yang seandainya kita melihatnya
dalam
mimpi sekalipun maka kita tidak
akan pernah lagi bisa tertawa dan merasakan kegembiraan sepanjang sisa hidup kita.
Sakaratul Maut Orang-orang Zhalim
Alangkah dahsyatnya sekiranya
kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim
(berada) dalam tekanan-tekanan
sakratulmaut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata):
"Keluarkanlah nyawamu". Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang
sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan)
yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap
ayat-ayat-Nya. (QS Al-An'am 6:93)
(Yaitu) orang-orang yang dimatikan
oleh para malaikat dalam keadaan berbuat lalim kepada diri mereka sendiri, lalu
mereka menyerah diri (sambil berkata); "Kami sekali-kali tidak mengerjakan
sesuatu kejahatan pun".
(Malaikat menjawab): "Ada,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang telah kamu kerjakan". Maka
masukilah pintu-pintu neraka Jahanam, kamu kekal di dalamnya. Maka amat
buruklah tempat orang-orang yang menyombongkan diri itu.
(QS, An-Nahl, 16 : 28-29)
Di akhir sakaratul maut, seorang
manusia akan diperlihatkan padanya wajah dua Malaikat Pencatat Amal. Kepada orang zhalim, si malaikat akan
berkata, "Semoga Allah tidak memberimu balasan yang baik, engkaulah yang
membuat kami terpaksa hadir kami ke tengah-tengah perbuatan kejimu, dan membuat
kami hadir menyaksikan perbuatan burukmu, memaksa kami mendengar ucapan-ucapan
burukmu. Semoga Allah tidak memberimu
balasan yang baik ! " Ketika itulah
orang yang sekarat itu menatap lesu ke arah kedua malaikat itu.
Sakaratul Maut Orang-orang Zhalim
Ketika sakaratul maut hampir
selesai, dimana tenaga mereka telah hilang dan roh mulai merayap keluar dari
jasad mereka, maka tibalah saatnya Malaikatul Maut mengabarkan padanya rumahnya
kelak di akhirat. Rasulullah SAW pernah
bersabda, "Tak seorangpun diantara kalian yang akan meninggalkan dunia ini
kecuali telah diberikan tempat kembalinya dan diperlihatkan padanya tempatnya
di surga atau di neraka".
Dan inilah ucapan malaikat ketika
menunjukkan rumah akhirat seorang zhalim di neraka, "Wahai musuh Allah,
itulah rumahmu kelak, bersiaplah engkau merasakan siksa neraka". Naudzu
bila min dzalik!
Sakaratul Maut Orang-orang Yang
Bertaqwa
Sebaliknya Imam Ghozali
mengatakan bahwa orang beriman akan melihat rupa Malaikatul Maut sebagai pemuda
tampan, berpakaian indah dan menyebarkan wangi yang sangat harum.
Dan dikatakan kepada orang-orang
yang bertakwa: "Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?" Mereka
menjawab: "(Allah telah menurunkan) kebaikan". Orang-orang yang
berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya
kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah
sebaik-baik tempat bagi orang
yang bertakwa, (yaitu) surga Adn yang
mereka
masuk ke dalamnya, mengalir di
bawahnya sungai-sungai, di dalam surga itu mereka mendapat segala apa yang
mereka kehendaki. Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang yang
bertakwa. (yaitu) orang-orang yang
diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada
mereka): "Assalamu alaikum,
masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan".
(QS, An-Nahl, 16 : 30-31-32)
Dan saat terakhir sakaratul
mautnya, malaikatpun akan menunjukkan surga yang akan menjadi rumahnya kelak di
akhirat, dan berkata padanya, "Bergembiaralah, wahai sahabat Allah, itulah
rumahmu kelak, bergembiralah dalam masa-masa menunggumu".
Wallahu a'lam bish-shawab.
Semoga kita yang masih hidup
dapat selalu dikaruniai hidayah-Nya, berada dalam jalan yang benar, selalu
istiqomah dalam keimanan, dan termasuk umat yang dimudahkan-Nya, selama hidup
di dunia, di akhir hidup, ketika sakaratul maut, di alam barzakh, di Padang
Mahsyar, di jembatan jembatan Sirath-al mustaqim, dan seterusnya. Aamiin ya Allah :)
Lokasi:Cibubur
Cibubur, Jakarta 13720, Indonesia
Sepuluh Jawaban Mengatasi Bisikan Iblis
Ada SEPULUH cara setidaknya, agar
kita bisa menjawab godaan setan yang selalu ingin menjerumuskan kita ke jurang NERAKA. Cara praktis mengusir iblis dan bala tentaranya itu tertuang nasihat
seorang ulama dalam dialog antara manusia dan iblis:
- Jika ia datang kepadamu dan berkata:" Anakmu mati," katakan kepadanya : Sesungguhnya mahluk hidup diciptakan untuk mati, dan penggalan dariku (putraku) akan masuk surga. Dan hal itu membuatku bahagia".
- Jika ia datang kepadamu dan berkata:" Hartamu musnah," katakan kepadanya : "Segala puji bagi Allah Zat Yang Maha Memberi dan Mengambil, dan menggugurkan atasku kewajiban zakat."
- Jika ia datang kepadamu dan berkata:" Orang-orang menzalimimu sedangkan kamu tidak menzalimi seorangpun." maka katakan kepadanya : "Siksaan akan menimpa orang-orang yang berbuat zalim dan tidak menimpa orang-orang yang berbuat kebajikan (Mukhsinin)".
- Dan jika ia datang kepadamu dan berkata: "Betapa banyak kebaikanmu," dengan tujuan menjerumuskan untuk bangga diri(Ujub). Maka katakan kepadanya: "Kejelekan-kejelekanku jauh lebih banyak dari pada kebaikanku".
- Dan jika ia datang kepadamu dan berkata:"Alangkah banyaknya shalatmu". Maka katakan : "Kelalaianku lebih banyak dibanding shalatku".
- Dan jika ia datang dan berkata: "Betapa banyak kamu bersedekah kepada orang-orang". Maka katakan kepadanya: "Apa yang saya terima dari Allah jauh lebih banyak dari yang saya sedekahkan".
- Dan jika ia berkata kepadamu : "Betapa banyak orang yang menzalimimu". Maka katakan kepadanya : "Orang-orang yang kuzalimi lebih banyak".
- Dan jika ia berkata kepadamu : "Betapa banyak amalmu". Maka katakan kepadanya: "Betapa seringnya aku bermaksiat".
- Dan jika ia datang kepadamu dan berkata: "Minumlah minuman-minuman keras!". Maka katakan : "Saya tidak akan mengerjakan maksiat".
- Dan jika ia datang kepadamu dan berkata: "Mengapa
kamu tidak mencintai dunia?". Maka katakan : "Aku tidak
mencintainya dan telah banyak orang lain yang tertipu olehnya".
Lokasi:Cibubur
Cibubur, Jakarta 13720, Indonesia
Langganan:
Postingan (Atom)