Kamis, 11 Oktober 2012

MANA YANG LEBIH BAIK ? "Berhijab tetapi Berakhlak Buruk atau Tidak Berhijab tetapi Berakhlak Baik"


”Lebih baik saya berjilbab hati dulu, daripada berhijab tetapi hatinya tidak berhijab.”

“Mendingan tidak usah berhijab aja, daripada kaya si A berhijab tapi masih sering berbuat maksiat.”

”Kalau belum siap berhijab, mendingan ga usah pakai dulu!”

”Saya belum bisa memperbaiki perilaku saya, saya belum siap pakai hijab jadi saya nanti aja pakai hijabnya.”

”Saya sebenarnya pengen mamakai hijab, tetapi masih belum siap.”

”Saya sebenarnya pengen mamakai hijab, tetapi malu belum terbiasa.”

Mungkin kita sering mendengar perkataan-perkataan seperti di atas atau yang sejenisnya.  Dimana pernyataan atau pandangan-pandangan seperti di atas menjadikan seorang akhwat tidak atau menunda untuk berhijab.

Tidak dapat dipungkiri bahwa ada di antara para muslimah yang sudah memakai  hijab ada yang masih melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak mencerminkan moral atau akhlak islam. Hal inilah yang kemudian memunculkan banyak pandangan-pandangan di masyarakat yang berpendapat seperti di atas. Mereka bersikap sinis dan pesimis terhadap hijab.

Salah satu pandangan yang banyak kita jumpai di masyarakat adalah adanya pandangan yang mengatakan bahwa  ”Lebih baik kalau belum siap tidak usah pakai hijab dulu, daripada berhijab tetapi masih melakukan perbuatan-perbuatan maksiat atau berakhlak buruk”. Pandangan inilah yang juga sering mengecoh para muslimah sehingga menolak atau menunda melaksanakan kewajibannya dalam mengenakan hijab. Kalau kita cermati pandangan semacam ini, kita bisa analisis sebagai berikut:

Ada dua pernyataan yang bisa kita tarik dari pandangan tersebut, yaitu:

a. Berhijab tetapi berakhlak buruk
Para muslimah yang berhijab tetapi masih banyak juga melanggar syariat-syariat islam yang lainnya.
b. Tidak berhijab tetapi berakhlak baik
Para wanita yang tidak atau belum berhijab tetapi tidak melanggar syariat-syariat islam yang lainnya, kecuali hijab.

Pandangan yang seperti di atas menganggap bahwa pernyataan b lebih baik daripada pernyataan a Apakah benar demikian? Atau  Manakah di antara kedua hal tersebut yang lebih baik?

Jawabannya adalah tidak ada lebih baik dari dua hal tersebut. Tidak ada yang lebih dari dua alternatif pelanggaran, karena dari keduanya memang tidak ada yang baik. Ketika seorang muslimah telah baligh atau dewasa maka wajib baginya untuk berhijab. Adapun masalah moral atau akhlak itu adalah perkara yang lain dimana ada hukum tersendiri yang mengaturnya. Mungkin yang harus kita imani terlebih dahulu adalah bahwasanya berhijab adalah kewajiban yang mutlak bagi seorang muslimah dewasa. Banyak dalil-dalil tentang kewajibab berhijab,

”Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: ’Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka’. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [QS. Al Ahzab (33): 59]

”Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita.” [QS.AnNur(24) : 31]

Sabda Rasulullah shallallahu ’alahi wassalam yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dari ’Aisyah, katanya:

”Hai Asmaa! Sesungguhnya perempuan itu apabila telah dewasa/sampai umur, maka tidak patut menampakkan sesuatu dari dirinya melainkan ini dan ini.”
Rasulullah Shallahllahu ’alaihiwassalam berkata sambil menunjukkan muka dan kedua telapak tangan hingga pergelangan tangannya sendiri.

Yang perlu diperhatikan juga adalah bagaimana menggunakan hijab secara benar atau sesuai syar’i. Karena kalau kita lihat di masyarakat, banyak para muslimah yang mengunakan hijab belum sesuai dengan kriteria-kriteria syariat. Banyak kita dengar istilah ”hijab gaul”, ”hijab modis”, dan sebagainya yang mungkin bisa saya katakan bahwa yang demikian itu tidak bisa disebut dengan hijab. Oleh karena itu hendaknya setiap muslimah yang memakai hijab, pelajari bagaimana kriteria-kriteria hijab yang sesuai dengan syariat.

Hijab yang sudah dikenakan dengan benar, insya Allah akan memberikan pengaruh besar untuk melakukan kebaikan, sedangkan menanggalkannya bisa membuka peluang besar bagi jalannya bermacam-macam maksiat. Karena pada dasarnya tidak berhijab merupakan kemaksiatan. Walaupun hijab itu tidak menutup kemungkinan negatif dan bukan menjamin kebaikan seluruhnya tetapi dampak positif yang dicapai oleh wanita berhijab jauh lebih baik dibanding wanita yang tidak berhijab. Sebab wanita yang berhijab itu telah memperoleh sebagian dari kebaikan/keutamaan sedangkan kebaikan lainnya harus dipenuhi dengan kewajibab lainnya. Adapun kebaikan itu muncul dari pancaran ilmu, iman dan takwanya kepada Allah subhanahu wata’ala.

Lalu bagaimana dengan wanita yang belum berhijab tetapi bukan karena menolak melainkan menunda-nunda dengan berbagai alasan seperti malu masih belum terbiasa, belum siap, atau nanti saja dan lain-lain?

Bagi saudari-saudariku yang masih menunda-nunda berhijab hendaklah menyadari bahwasanya umur dan ajal bisa datang kapan saja. Kita tidak tahu kapan malaikat maut mencabut nyawa kita. Apa tahun depan? Bulan depan? Besok? Atau mungkin satu jam lagi. Ingatlah kematian saudariku yang datangnya tiba-tiba. Hendaknya kita segera bertaubat dan mulailah kenakan hijab dengan benar. Allah tidak akan menerima taubat seseorang ketika tiba ajalnya, dan ajal itu tidak akan dapat diundurkan atau dimajukan.

Rasulullah Shallallahu ’alahi wassalam membenci orang-orang yang merasa panjang umur, dengan sabdanya,

”Sesungguhnya yang paling aku takuti atas umatku ialah hawa nafsu yang masih merasa panjang umurnya. Adapun hawa nafsu yang menyesatkan manusia dari kebenaran dan hawa nafsu yang masih merasa panjang umurnya (panjang angan-angan) semua itu akan lupa pada hari akhir.”

Wallahu’alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar